Kamis, 18 November 2010

Jajanan Ing Tlatah Anjuk Ladang

SAMPLOK... Penganan dari Telo Asli Ndeso

Salah satu makanan khas Kutpo Angin yaitu samplok yang berwarna kuning dengan dibalut parutan kelapa yang menambah nikmat makanan asli orang pedesaan. Dibuat dari bahan dasar ketela pohon alias singkong, tumbuhan yang cukup mudah ditemukan di wilayah Nganjuk baik di musim hujan maupun kemarau. Proses pembuatannya sendiri lumayan rumit di samping perlu waktu dan tenaga ekstra. Awalnya, ketela dikupas sampai bersih dan dicuci. Kemudian baru diselep (dihaluskan dengan mesin penggiling, Red) biar halus. Baru setelah itu dilakukan pembersihan dari rasa getir dan pahit dengan cara diperas dan ditekan dengan tumpukan batu hingga cukup atus. Langkah selanjutnya, dilakukan pemisahan dan pencampuran dengan garam secukupnya untuk selanjutnya di masak hingga matang. Baru dilakukan penumbukan agar menjadi padat dan lebih halus untuk selanjutnya dicetak bulat-bulat sesuai dengan ukuran pemesan.
Samplok bisa dinikmati kapan saja dan umumnya masyarakat biasa membeli samplok di pasar tradisional seperti Pasar Wage, Pasar Gondang atau Pasar Kertosono saat pagi hari, maka samplok pun lebih banyak dikonsumsi pada pagi hari. Tapi bila disantap di saat yang lain seperti siang atau sore hari pun masih terasa nikmat. Bu Sumini wanita 43 tahun asal Dusun Gilis Desa Sonobekel Kecamatan Tanjunganom termasuk salah satu pembuatnya, kegiatannya membuat samplok dilakukannya pada saat –saat senggang seperti sedang menunggu panen padi. Laba yang tidak seberapa tidak menyurutkan semangat ibu tiga anak ini untuk terus membuat samplok. “Memang untuk laba tidak begitu menjanjikan. Tapi saya senang masih bisa terus membuat samplok. Biar orang-orang tetap ingat kalau ada makanan desa yang masih dijaga keberadaannya sampai sekarang ini,’’ ujar Sumini.

Selama ini, bahan baku memang mudah didapat dari pasar Berbek dengan harga saat ini Rp.70.000,- per kuintal yang diantar langsung oleh mitra kerja. Dalam sehari, Sumini bisa menghabiskan satu kuintal ketela tersebut dan dapat dibuat menjadi 150 bungkus samplok dengan harga setiap bungkusnya RP. 2.000,- saja .Nah, samplok meski menjadi penganan asli ndeso, juga potensial untuk menjadi oleh-oleh khas Nganjuk. Tentu saja dengan desain kemasan yang lebih cantik dan menarik di samping penjualannya yang harus lebih disebarluaskan lagi di toko roti atau yang menjual makanan tradisional khas Nganjuk.

 Kikil & Asem2 Kambing Bu Jumirah MBogo

Bila menengok warung yang sangat sederhana di ujung Jl. Lurah Surodarmo - Bogo yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari SMA Negeri 1 Nganjuk arah barat perempatan, anda akan sampai di Warung Biru Bu Jumirah yang terkenal menyediakan masakan asem-asem kambing. “ Sudah sejak sekitar tahun 1985 saya berjualan asem-asem kambing “, ujarnya. Menariknya, asem-asem kambing buatan Bu Jumirah diolah dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada daun tomat dan buah tomat yang dimanfaatkan wanita ini. Ia sengaja menggunakan daun tomat untuk menimbulkan rasa asem. Makanya meski namanya asem-asem, masakan ini tidak memakai blimbing wuluh atau buah asam. “ Ya, kalau pakai daun kedondong, kan carinya sulit. Kalau daun tomat lebih gampang mendapatkannya “, katanya dengan logat Jawa yang kental.

Selain itu bagian daging kambing sengaja dipisahkan dengan kikil atau balungan pada saat memasaknya. Sehingga panci besar hanya berisi kuah lengkap dengan daging kambing yang selalu segar setiap harinya. Sementara kikil dan balungan lainnya seperti kaki kambing ditempatkan terpisah. Rasa kecut yang ditimbulkan daun tomat dan buah tomat menjadi rasa khas kuliner ini. Namun rasa pedas juga terasa karena cabe rawit merah dan hijau juga ikut masuk ke dalam menu ini.

Ada lagi keunikan dari kuliner ini. Masakan ini biasa disajikan secara terpisah antara daging kambing dan kikilnya, ditambah sepiring nasi plus irisan jeruk pecel lengkap dengan kecap manisnya. Dari sekian lama ia membuka usaha kuliner ini, lebih banyak pelanggan yang suka menyantap makanan di warung Bu Jumirah karena asem-asem kambing ini memang lebih nikmat bila langsung disantap di tempat. Kita pun tak perlu merogoh saku dalam-dalam untuk bisa menikmati menu ini. Cukup Rp. 7.000 untuk satu porsi asem-asem kambing dan Rp. 5.000 untuk satu porsi kikil. Bila dicampur hanya Rp. 7.500 saja selain asem-asem kambing, Bu Jumirah juga menjual nasi pecel. Justru nasi pecel inilah menjadi usaha pertama sebelum kemudian beralih ke asem-asem kambing.

Untuk bisa menikmati masakan khas ini, Anda harus bergegas karena warung Bu Jumirah akan tutup bila sayur asem-asem kambing ini sudah ludes. Tak sampai tengah hari, asem-asem kambing bisa langsung habis setiap harinya. Padahal Bu Jumirah mulai buka sejak jam enam pagi. Tapi asem-asem kambing khas Bogo tampaknya bisa menjadi masakan populer disamping nasi becek, mau coba ? yuk mrono...^_^

Martabak Daging Pak Yamin A.Yani 

Martabak ala Hollando yang terletak diujung jalan A Yani Nganjuk ini harganya hanya Rp. 15.000 saja dengan berbagai macam isi. Ada martabak isi jamur, isi daging atau kombinasi.
Selain martabak, Amin juga menjual terang bulan. Terang bulan yang mereka sediakan ada dua jenis. Yakni terang bulan dengan isi. Seperti coklat, keju, kacang, wijen atau kombinasi rasa. Jenis lainnya adalah lecker.


Istilahnya lecker ini adalah terang bulan dengan yanpa daging. Alias hanya kulitnya saja. Tapi lecker ini bisa juga ditambahi isi yang sama dengan terang bulan. Dengan hanya satu rasa atau kombinasi. Harga terang bulan ini juga sebanding dengan rasanya. Untuk terang bulan rasa coklat cukup hanya Rp. 8.000 saja. Tapi bila rasanya dikombinasikan dengan rasa lain seperti kacang dengan coklat maka harganya jadi Rp. 15.000.

Sementara untuk lecker, Anda cukup membayar Rp. 8.000 saja. Rasa lecker ini kering tapi manis plus ada rasa coklat atau sesuai selera. Jadi tak perlu susah-susah untuk mencari camilan enak. Datang saja ke bilangan A. Yani dan beli martabak atau terang bulan Hollanda yang istimewa. Enak, renyah, lezat dan nikmat.



Soto Becek - Sate Kambing Pojok

Lah...!!! iki kuliner sing paling dienteni oleh wong Nganjuk Nasi Becek , mergone panganan sing sitok iki wis pas neng ilate wong kuto angin lan rasane pancen uenak tenan gule karo sate kambinge.
Gak perlu repot-repot mencari dimana sate kambing sing paling pas di Nganjuk, klo masuk dari selatan kota pasti akan ketemu Jl. A Yani yang menuju pusat kota dan diperempatan lampu merah A.Yani belok sedikit ke kiri langsung parkir aja di Depot Pak Towo, mergone Warung Becek Sate Kambing Pojok kui pas ning pojokan Jl. A Yani Nganjuk. Atau bisa juga di warung pojok yang lain sesuai selera yang jelas masih dengan menu soto becek pastinya. 
Nasi becek itu campuran antara nasi gule yang sudah diberikan potongan sate kambing yang telah dibakar dan untuk warung pojok ini jangan ditanya lagi, gulenya sangat terasa gurihnya dan daging satenya seperti makan daging kambing muda mengingat sangat empuk sekali. Opo meneh tempate yo pas sekali dengan selera untuk santap siang, sambil menunggu hidangan disiapkan aroma sate bakar tercium membuat selera ini semakin tidak tertahankan.


Begitu sego becek lan satene siap wah bakalan lidah ini seperti dimainkan dengan kenikmatan rasa khas gule kuto angin iki, opo meneh nek satenya njaluk tambah sing dibakar dewe ora dicampur, jan tambah nikmat rasane mangan nasi becek iki. Bar mangan sate iso ngombe teh, jeruk manis karo ombean liane. Wis ta' gak bakalan nyesel nek siang-siang mampir ning sego becek karo sate kambing pojok ning Nganjuk ,
jan uenak tenan..... (bahasa mawut.com).

Masakan Padang di Kota Angin

Menu kita kali ini agak berbeda dari sebelumnya karena kita akan mengunjungi menu propinsi tetangga kita dari sumatera barat, siapa yang tak kenal masakan padang payakumbuh yang sudah terkenal diseantero bumi pertiwi ini dengan masakan khasnya seperti rendang, gule kikil, paru, gule ayam, gule otak dan semua masakan yang berbau bumbu rasa puedas...sekali.

Di jalur utama Nganjuk tepat di jalan Jend Sudirman persis didepan pom bensin ada sebuah rumah makan yang menyajikan masakan khas padang, dan yang lebih spesial adalah pelayanannya yang membuat beda dengan rumah makan lainnya yaitu silahkan mengambil nasinya sepuasnya, mau sepiring tambah...tambah lagi sampai perutnya sesak, karena di rumah makan padang ini yang dihitung adalah lauk pauknya...untuk nasi, lalap dan sambal silahkan ambil saja sesuai selera.

Menu yang paling enak disini yaitu gule kikil , rendang, gule otak, gule ayam dan ikan bakar serta masih banyak lainnya yang terkenal dengan masakan serba puedas lan puenak. Jangan kuatir mahal rata-rata dengan 1 jenis lauk plus lalap, sambal dan nasi serta ditambah air minum rata-rata perporsinya sekitar Rp. 8.000,- sd Rp. 10.000,- saja, cocok sich untuk rekan-rekan yang sedang lupaer banget karena nasinya silahkan ambil sekenyangnya...

Hayo nunggu opo maneh sing awan2 arep menu masakan puadang sing puedes yo endangi warung iki...wis ta dijamin metu keringete....

Lontong kikil & Gado-gado jarakan Bu Yuni

Siapa sih yang tak suka gado-gado ? Menu sayuran ini termasuk salah satu menu favorit dan mencari gado-gado yang enak di Nganjuk, dimana ya ? Warung Bu Yuniningsih alias Yuni di Jl. Wilis Jarakan, Kramat menjual gado-gado berisi irisan kentang, kacang panjang, mentimun, kubis (kol) rebus, taoge, tahu, tempe, tomat, wortel dan selada. Lalapan daun selada inilah yang membedakan gado-gado Bu Yuni dengan gado-gado yang lain. Selain sayuran tentu saja masih ditambah irisan telur ayam rebus separuh bagian dan tak ketinggalan adalah beberapa iris lontong.

Gado-gado ala Bu Yuni memang bernuansa Surabaya karena lama menetap di Kota Pahlawan meski ia sendiri asli penduduk Jarakan, Kramat, Nganjuk. Merasakan gado-gado bikinan Bu Yuni memang terasa lain. Selain lebih komplit sayurannya, bumbunya juga lebih nikmat dan terasa sambal kacangnya. Gigitan demi gigitan seolah tak terasa hingga sampai pada irisan sayuran yang terakhir. Apalagi sayuran yang disajikan benar-benar segar dan naturally fresh. Kres kres kres ….. begitu bunyinya saat gigi ini mengunyah habis sayuran gado-gado.


Tapi selain gado-gado juga menu lain yang tak kalah hebatnya yaitu lontong kikil yang terdiri dari kikil plus balungan menjadi bagian inti dari menu yang agak berat ini. Satu porsi lontong kikil ada lebih dari lima kikil plus balungannya dan kuah yang memenuhi mangkok. Wuiiiihhh, ..dijamin cukup mengenyangkan. Menu gado-gado menjadi menu favorit di warung “BARU” milik Bu Yuni. Dalam sehari, Bu Yuni bisa menjual gado-gado hingga 150 porsi. Dengan harga tiap porsinya hanya Rp. 4.000,- sementara lontong kikil bisa mencapai 50 porsi seharinya dengan harga Rp. 5.500,-, dan untuk tahu campur juga bisa sampai 50 porsi dengan harga empat ribu rupiah per porsinya.

Dengan hanya menjual tiga menu makanan utama sejak pagi hingga jam 7 malam, Bu Yuni dibantu Muryati tetap melayani pelanggannya dengan telaten. Ketekunan selama enam tahun menggeluti bisnis warung gado-gado mebuahkan nama dan prestasi tersendiri dan kini tak sedikit instansi atau kantor yang memesan gado-gado buatannya sebagai menu makan siang. Bahkan saat acara pesta pengantin dan pesta lainnya lontong kikil dan tahu campur ala Bu Yuni juga kerap dijumpai. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pula terlampaui. 
 
Plecing Kangkung Lombok ala Nganjuk
Apakah Anda suka dengan masakan yang pedas-pedas? Nganjuk juga kaya dengan jenis kuliner dari daerah lain khas Lombok Nusa Tenggara Barat yaitu plecing kangkung. Nama masakan ini intinya adalah kangkung yang disiram dengan sambal plecing. Menurut Bu Yeti yang membuka usaha masakan khas Lombok di Nganjuk dikawasan komplek Gedung Juang Jl. Dr Sutomo, plecing kangkung memang asli dari daerah Lombok. Masakan ini sudah turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi dan memang sayur dan sambalnya memang selalu segar setiap hari. Tak heran masakan ini sudah kondang namanya di tanah air. Begitu pula di kota angin, Nganjuk.

Untuk bahan kangkung Bu Yeti menggunakan kangkung lokal dari Nganjuk. Ia mengaku kesulitan bila harus memakai kangkung asli dari Lombok. Namun bahan lainnya seperti terasi tetap memakai terasi asli Lombok. “ Rasanya berbeda dengan terasi dari Jawa atau buatan lokal “, katanya. Karenanya demi menjaga cita rasa asli sambal plecing, Bu Yeti menyempatkan pulang ke kampung halaman beberapa bulan sekali.

Sambil meniriskan kangkung, Bu Yeti menyiapkan bumbu-bumbu untuk membuat sambal plecing. Di atas cobek batu beberapa biji cabe rawit merah ditambah garam mulai dihaluskan. Tak lama, terasi dari Lombok ikut ditambahkan. Kembali bumbu dihaluskan. Lalu terakhir tambahkan tomat dan dihaluskan. Hasil akhir sambal plecing ini menjadi sambal berwarna merah menyala-nyala. Seperti api yang berkobar membakar semangat untuk segera menyantapnya. Pasti pedas banget rasanya. Tapi jangan kuatir, pelanggan bisa meminta ukuran pedasnya sendiri. Mau yang tidak pedas, sedang atau super pedas tinggal bilang aja ke Bu Yeti. Pasti dibuatkan sesuai selera.

Kata Bu Yeti yang memang asli orang Lombok, untuk menyantap plecing kangkung harus ditemani lauk pauk. Biasanya, orang Lombok lebih suka memilih ikan pindang goreng sebagai teman lauk. Tapi karena pelanggannya banyak yang berasal dari warga Jawa, Bu Yeti pun menyediakan tempe, perkedel, ayam goreng atau lauk yang biasa dikonsumsi warga sekitar. Tapi ia pun tetap menyediakan ikan pindang yang sudah dibumbui cabe.Untuk menyantap plecing kangkung ini lebih asyik kalau bersama banyak orang. Alias dimakan rame-rame. Pasti lebih seru! Sepiring nasi putih rasanya masih kurang untuk meredam rasa pedas yang menjilati lidah ini. Mak Nyoossss…!!! Beruntung ada segelas es jeruk yang sudah disediakan Bu Yeti. Wuuaahhh! Rasanya segar, seperti kebakaran yang disiram air dari pemadam kebakaran. Langsung, mak nyesss…. !!!


Harga perporsi juga cukup terjangkau hanya lo cuma Rp. 5.000. “ Satu porsi plecing kangkung ya memang lima ribu saja”, kata Bu Yeti seraya diiyakan Lily, adiknya. Wis jan murah tenan !!! Enak lagi. Setelah mencoba kenikmatan plecing kangkung, rasanya pengin mencoba menu yang lain. Tapi tidak untuk kali ini. Yang jelas di lain waktu. “ Yang pasti rasanya tak kalah seru “, ujar Bu Yeti dengan yakin. Cobain plecing kangkung, ya ! Dijamin Anda akan ketagihan dengan kenikmatannya yang khas 

Sate Lele Khas Bangsri-Kertosono 


Anda penggemar sate ? silahkan Anda mencoba sate yang satu ini yaitu sate lele yang dibakar dengan bumbu kacang. Setelah dibersihkan, ikan lele dibumbui dan digoreng seperti biasa. setelah ditiriskan dan agak dingin, lele goreng dibakar hingga merata. Saat itulah, sembari ikan lele dibakar, bumbu-bumbu sate dipersiapkan. Seperti kacang, bawang merah, bawang putih, garam dan bumbu lainnya. Bumbu sate yang hendak dibuat adalah bumbu kacang seperti umumnya. Nah, bila Anda penyuka rasa pedas, bisa ditambahkan cabe beberapa biji sesuai selera.

Sate lele ini bisa Anda jumpai di Warung Mewah di Desa Bangsri, Kertosono. Ny. Kalimi sang pemilik usaha memang sengaja menjadikan sate lele sebagai menu andalan. Selain sate lele, ia juga menyediakan ayam goreng dan ayam bakar. Dengan terpaan angin sawah yang menepuk lembut wajah ini, menyantap sate lele jadi terasa lebih nikmat.


Ny Kalimi memang membuat lokasi usaha secara sederhana dengan gubuk yang mirip dengan sebuah gasebo dibuat senatural mungkin, apalagi tiang-tiangnya terbuat dari bambu dengan atap rumbia membuat Kesan alami sangat terasa kental. Kenyamanan menyantap sajian khas Ny. Kalimi sepertinya menjadi ciri khas dengan letak gubuk yang disebut Warung Mewah alias Warung Mepet Sawah.

Krupuk Pecel Besuk Mbok Nem Sukorejo

Pecel Krupuk Besuk ,Sambalnya Asli Ditumbuk

Desa Sukorejo, Loceret tepatnya di Dusun Besuk ada sebuah warung yang menyediakan menu pecel istimewa dengan rasa sambal yang pedas dan menggigit lidah, Warung pecel milik Mbok Nem ini sudah buka sejak puluhan tahun lalu. Jenis pecelnya pun cukup bervariasi. Dari pecel sayur, pecel tahu dan pecel krupuk. Dari sekian menu pecel itu, pecel krupuk menjadi menu paling istimewa. Ya, makanan tradisional khas ini menjadi primadona yang banyak disukai pelanggan.

Keistimewaan pecel krupuk Mbok Nem ini terletak pada rasa sambal pecelnya. Rasa sambal pecelnya terasa cukup pedas dan menggigit lidah. Bagi penikmat pecel, sambal pecel buatan Mbok Nem ini termasuk dalam jajaran sambal yang layak untuk dinikmati. Memang, sambal pecel itu dibuat sendiri langsung oleh tangannya Mbok Nem dengan cara tradisional yakni dideplok (ditumbuk).

Warung pecel Mbok Nem yang menghadap ke timur ini memang sudah cukup kondang di Kabupaten Nganjuk. Dengan porsi yang tidak terlalu banyak tapi murah. Tapi bila Anda kehausan atau merasa kepedasan, segelas es rujak bisa mejadi penawar yang menyejukkan. Apalagi sejuknya angin menambah kian nyaman atmosfer warung ini. 

Rumah Mbok Nem pun cukup strategis di tepi jalan yang menghubungkan Desa Tanjungrejo dengan Desa Sukorejo. Loceret. Tak heran, bila banyak pelanggan suka mampir di warung yang buka mulai jam 9 pagi ini. Tapi tampaknya, untuk mendapatkan sepiring pecel kupuk, para penikmat pecel harus rela antri. Saking ramainya, tak sampai jam 1 siang Mbok Nem harus membongkar kembali dagangannya.

Krupuk Pecel Mbak Yun - Bogo
Sayurannya Komplit, Sambalnya Menggigit

Di wilayah Kelurahan Bogo ternyata memiliki menu favorit yaitu krupuk pecel dengan minuman khas es rujak , Mbak Yun pemilik warung ini selalu cekatan meracik krupuk pecel. Lebih dulu gorengan ote-ote diiris-iris menjadi lebihkecil. Atau bisa diganti sesuai selera. Ada tahu isi, tempe goreng atau yang lainnya. Beberapa jenis sayuran yang ada ditata dengan rapi memenuhi piring hingga hampir menutipi krupuk pasir yang ada di paling bawah. Tambahan daun lembayung (daun kacang panjang), koro, daun ketela rambat, mentimun krai (ndoyo), tauge dan mentimun. Untuk ukuran krupuk pecel, sayur mayur tadi terbilang komplit. “ Saya biasa menyediakan sayuran sesuai musimnya saat itu, “ ungkap Mbak Yun. Kalau lagi musim daun turi, ya pakai daun turi.


Setelah tauge diletakkan di bagian paling atas, krupuk pecel disiram dengan sambal pecer yang sudah dilarutkan dengan air matang. Wuiiihh, piring penuh jadi penuh dengan sambal. Jadi tidak perlu khawatir kekurangan sambal pecel, nih. Mau ditambahi, Mbak Yun juga memperbolehkan. Tergantung selera lah, Apalagi sambal pecelnya selalu dibuat baru setiap hari. “ Sekitar 15 kilogram saya buat tiap harinya. Dan selalu habis, “ jelasnya dengan tersenyum.
Nah, sekarang tinggal dinikmati. Tapi, eiitt !! ada yang lupa. Es rujaknya belum dibawa. Mbak Yun dengan senang hati menuangkan es rujak ke dalam wadah gelas besar. Tidak lupa sendok panjangnya. Jangan khawatir kalau masih haus, Mbak Yun membuat es rujak dalam kontainer besar yang cukup untuk lebih dari 50 porsi.

Melihat gunungan krupuk pecel dan sambal pecel yang memenuhi priing seakan lahar yang meluncur turun ke bumi. Tapi membayangkan saja tidaklah cukup. Dengan mencomot krupuk penuh dengan sayuran bersambal, wah….. rasa penasaran in terbayar sudah. Uueenaak poollll. Smbalnya tidak terlalu pedas tapi menggigit. Sehingga untuk ukuran anak kecil pun pasti mereka suka. Apalagi orang dewasa yang suka pecel dengan rasa pedas cukupan.

Beberapa lama menikmati krupuk pecel membuat tenggorokan jadi terasa haus. Lagsung saja es rujak jadi pelampiasan. Setelah diaduk-aduk sebentar, es rujak pun diseruput perlahan-lahan. Wuuiiihhh !!! Sueegeer poolll !! tapi coba lihat. Ada apa di dalam es rujaknya. Kok ada merah-merah. Ooo, ternyata selain mentimun dan nanas yang sudah lazim digunakan sebagai bahan es rujak, Mbak Yun menambahkan buah jambu kluthuk merah. Beberapa bijinya juga ikut tapi tidak berbahaya bagi tubuh. Justru sebaliknya, buah jambu kluthuk merah sangat baik untuk kesehatan badan. Khususnya untuk menambah jumlah plasma darah. Biasanya buah jambu kluthuk merah diminumkan dalam bentuk jus kepada pasien demam berdarah. Rasanya tambah menyegarkan.

Usaha krupuk pecel milik Mbak Yun sebenarnya merupakan warisan dari ibunya sejak puluha tahun lalu. Bisnis di bidang pecel merupakan usaha turun temurun keluarga Mbak Yun. Dan kini hany a dengan Rp. 2.500 untuk krupuk pecel dan Rp. 1.500 untuk es rujak, Anda bisa menikmatinya. Benar-benar spesial, bukan ? Apalagi suasana di sekitar warung juga sangat mendukung. Sesekali terdengar suara kereta api penumpang yang melintas. Jangan kaget, karena memang warung pecel Mbak Yun ada di dekat jalur kereta api. Selain krupuk pecel, Mbak Yun juga mengembangkan bisnisnya dengan manambah menu dengan gado-gado dan rujak cingur. Itu masih ditambah dengan aneka es jus dan minuman segar lainnya.
Segera saja siang ini ke sana. Warung pecel Mbak Yun buka sejak jam sembilan pagi hingga setengah lima sore. Disantap di warung bisa, dibawa pulang juga boleh. Asal nggak kehabisan duluan.

Wader - Urang Ning Kali Mbaduk
Ikan wader tergolong jenis ikan yang hidup di sungai. Ikan jenis ini dapat ditemukan dengan mudah di Pasar Ikan Mbaduk di Desa Malangsari, Tanjunganom tepatnya berada tepat di tepi Kali Mbaduk. Untuk ikan yang digoreng seperti wader, kutuk, udang dan lele, ia menyajikannya bersama lalapan. Sayuran yang dipakai biasanya adalah kubis dan sedikit kemangi serta beberapa potong irisan mentimun yang disajikan di atas cobek (layah). Satu lagi yang tak mungkin ditinggalkan adalah sambal terasi.

Untuk sambalnya, Anda pun bisa memesan sesuai selera. Bisa yang mentah atau jenis sambal matang. Mau yang pedas, sedang atau bahkan sangat pedas sekalipun, Mbak Suyati akan memenuhi. Dengan sepiring nasi putih dan wijikan dalam mangkok, menu ikan goreng mejadi terasa lebih komplit. Hmm, melihatnya saja, sudah mampu menggugah selera makan ini. Menu ikan segar ini pas sekali disantap pada waktu makan siang. Apalagi bersama kawan-kawan sejawat. Atau dengan kekasih tercinta sambil menikmati pemandangan Kali Mbaduk dengan terpaan anginnya yang bertiup semilir menerpa wajah.


Gemuruh air Kali Mbaduk yang keluar dari pintu air, seakan menjadi penyegar mata yang menyejukkan. Siang hari yang terik seperti berlalu cepat bagaikan angin. Panas pun jadi tak terasa. Ditambah dengan segarnya es kelapa muda alias es degan yang sangat dinantikan. Harga menu ikan segar di sana sama dan seragam. Untuk satu porsi wader atau lele goreng plus nasi putih Anda hanya cukup mengeluarkan Rp. 5.000 ,-. Sedang untuk ikan belut hanya Rp. 6.000,-. Dan ikan kuthuk seharga Rp. 8.000,-. Yang paling mahal tentunya adalah udang goreng. Satu porsi udang goreng ini seharga Rp. 10.000,-. Karenanya bothok wader dan lele pun menjadi yang paling murah, yakni hanya Rp. 2.000,-. Untuk bothok ikan kuthuk dan belut tergantung besar kecilnya ikan. Semakin besar ukurannya, tentu akan lebih mahal. Tapi Anda tak perlu khawatir. Yang paling mahal sekalipun, masih terhitung murah. Sementara es kelapa muda cukup hanya dengan Rp. 1.500,- saja.

Pondok Ikan Segar Mbaduk ini sudah sangat terkenal dimana-mana. Letaknya yang berada di jalan tembus Pace – Tanjunganom menjadi akses satu-satunya. Tak heran, banyak sopir truk atau mobil kanvas yang sering singgah ke tempat ini. Atau mereka yang hendak pergi ke Tanjanganom atau Nganjuk bisa dipastikan akan mampir untuk makan siang. 
 
Sayur asem Kambing Muda Khas Ngluyu
Di daerah Nganjuk bagian utara ini ketika kita bilang jangan asem (sayur asem-red) ternyata yang disajikan adalah masakan yang rasanya asam tetapi di dalamnya ada daging kambing muda yg dimasak dengan daun kedondong. Karenanya disarankan bagi warga dari luar Ngluyu untuk tidak segan-segan menanyakan kepada penjual. Maksudnya agar masakan yang disajikan sesuai dengan kehendak kita. Pemilik kios masakan bernama Bu Harsuni wanita asal Desa Gampeng Kecamatan Ngluyu merupakan generasi ke lima dalam usaha berjualan nasi sayur asem dengan menggunakan bahan baku daging kepala kambing, kikil, maupun balungan, sementara daging kambing lainnya digoreng sebagai campuran lauk.

Sementara pelanggan yang selama ini sering berkunjung ke warung pojok Bu Harsuni biasa dari Nganjuk, Kertosono Gondang, Rejoso dan masyarakat sekitar. Dalam satu hari bisa menghabiskan dua ekor kambing, apalagi saat hari pasaran. Bahkan beberapa pejabat di Nganjuk sudah mulai mengenal masakan khas itu termasuk para pengunjung wisata Margo Trisno , biasanya juga banyak yang menyempatkan mampir. Dengan demikian upaya pengembangan obyek wisata akan sangat terdukung.

Ayam Lodho Bu Sarno Prambon
Ya, bila kita ke Prambon, di sana ada sebuah rumah makan di Desa Tanjungtani yang menyajikan makanan khas yang mungkin belum bisa ditemukan di penjuru lain di Kabupaten Nganjuk ini. Makanan ini sering disebut sebagai Ayam Lodhoh. Karena saking populernya di masyarakat Nganjuk, ayam lodhoh identik dengan Prambon. Sudah sejak lama rumah makan Bu Sarno menyajikan menu khas ini. Letak rumah makan Bu Sarno ini sangat mudah dijangkau, membuat Anda tak sulit Anda menemukannya. Rumah makan ini ada di sebelah timur jalan tepatnya di depan sebuah mini market di tepi jalan raya Prambon menuju ke arah Kediri.

Nasi yang disajikan dengan ayam lodhoh juga enak. Empuk dan benar-benar tanak. Dijamin Anda tak akan berhenti sebelum porsinya habis. Tapi jangan lupa untuk minum dengan aneka jenis minuman yang telah disediakan. Mulai dari es teh, es jeruk hingga minuman botol. Atau sebagai pelengkap juga disediakan kerupuk yang renyah dan gurih. Nah, bagian ayam yang lain seperti jeroan, juga dimanfaatkan oleh Bu Sarno. Jeroan ini dibuat dalam bentuk bothok jeroan. Ukurannya bothoknya lumayan besar. Bothok jeroan juga kerap diminati oleh pembeli. Entah dimakan langsung di sana atau bisa juga dibawa pulang

Sarapan jenang sum-sum Mbah Yat
Di pagi hari dengan udara segar tentu asyik bila kita jalan-jalan keliling kota. Melewati Jl. Barito yang terkenal dengan kampung Keringan. Sarapan pagi kita adalah jenang sumsum, makanan tradisional yangsudah tak asing lagi bagi orang Jawa. Makanan yang lunak teksturnya ini biasa dikonsumsi di pagi hari. Lha, jenang sumsum buatan Mbah Yat rasanya cocok buat mereka yang suka dengan jenang.

Jenang sumsum ala Mbah Yat ini dibuat langsung pagi-pagi buta. Jadi dijamin segar langsung dari panci dg harga seribu rupiah saja. Nah, sekitar jam setengah enam pagi dagangan diusung ke tempat Mbah Yat berjualan. Setiap harinya, Mbah Yat berjualan dari jam 06.00 pagi. Di bagian pojok perempatan Jl. Serayu, Begadung, nenek yang punya nama asli Yatmi ini menggelar usahanya. Tepatnya di emperan di belakang pedagang sayur.

Rasa gurih yang khas benar-benar terasa di lidah saat kita mencicipi santan jenang sumsum ini. Sekarang giliran jenang sumsum kita yang coba. Terasa kenyal dan lembut. Saat sesendok jenang sumsum plus kuah santan masuk ke mulut kita, lidah menangkap rasa lembut dan gurih. Hmmm….Ueenaak. Rasa manis dari gula kelapa juga cukup.
 
Krengsengan Ayam Pak Rudy Sukomoro
Masakan krengsengan tentu sudah sangat akrab di telingan masyarakat. Olahan makanan dengan bahan dasar daging ayam ini biasa menjadi menu pilihan yang disajikan bagi pedagang mie. Masakan seperti mie goreng, mie rebus atau nasi goreng menjadi menu utama bagi pedagang mie. Tapi tidak semua pedagang mie juga menyiapkan menu krengsengan. Bedanya dengan pedagang mie lainnya, krengsengan bikinan Pak Rudy dibuat dengan menonjolkan rasa. Bila kita hendak menyantap krengsengannya, pertama kali yang tercium adalah aroma khas bumbu kecap. Kecap yang menempel di daging ayam benar-benar kental hingga kelihatan hitam meleleh. Plus kuah berwarna coklat kehitaman yang cukup berlimpah dan kental.

Apalagi untuk satu porsi krengsengan kita bisa mendapatkan beberapa bagian daging ayam dengan genangan kuah krengsengan yang kental. Dengan ditemani nasi putih atau juga bisa ditambah dengan lalapan kubis plus acar, masakan krengsengan menjadi lebih nikmat. Dijamin, pasti nambah lagi. Tapi untuk bisa merasakan kelezatan krengsengan Pak Rudy, Anda hanya bisa menemukannya di waktu malam hari di bilangan Rest Area Sukomoro. Sambil jalan-jalan menikmati udara malam Nganjuk, tentu nikmat merasakan lezatnya krengsengan Pak Rudy

Soto daging Berbek - Bu Marji

Masakan kali ini yang cukup mampu menggugah selera orang yang doyan makan untuk orang Nganjuk adalah soto daging. Masakan berkuah ini takbanyak ditemukan di Kabupaten Nganjuk. Meski sebenarnya makanan ini bukan hal yang baru di lidah penyuka makanan. Irisan daging sapi, menjadi ciri utama dari soto ini. Apalagi dengan nasi sebagai pelengkap, membuat penikmat masakan berkuah ini akan mejadi kenyang dibuatnya. Tak heran, bila soto daging juga bisa dihidangkan sebagai makanan utama tanpa mengenal waktu. Bisa untuk sarapan, untuk makan siang atau sebagai santapan di malam yang dingin.

Apalagi bila ditambah dengan kecap manis dan ditemani dengan gurihnya kerupuk. Nyam..Nyam…Nyam… Kriuk…Kriuuk…. Sangat lezat. Dan sangat nikmat. Bila ingin pedas, bisa ditambah dengan sambal kemiri yang akan membuat lidah kita menari-nari. Tak perlu jauh-jauh. Masakan Soto daging bisa ditemukan di beberapa sudut Kabupaten Nganjuk. Tapi yang paling ramai dikunjungi oleh sang pemburu kuliner, adalah di Dusun Pogalan, Desa Sendangbumen, Brebek.
 
Di Depot “Berkah” milik Bu Marji ini, soto daging menjadi menu kesukaan dari banyaknya pengunjung yang setiap hari menghampiri depotnya. Padahal, selain soto daging ia juga menghidangkan bakso dan basko kikil. Lezatnya soto daging buatan Bu Marji, memang sudah populer di lidah pelanggannya. Bahkan terasa lebih nikmat dibanding dengan masakan serupa yang ada di “negeri jiran”. Jadi jika Anda bosan dengan masakan rumahan, atau Anda adalah penyuka masakan berkuah, maka santaplah hidangan yang lezat seperti soto daging. Soto daging buatan Kabupaten Nganjuk, tentunya 

Es Puter Asli Ngetos - Mas Warno

Bagi penikmat es, es puter memang cocok sebagai pengusir rasa jenuh. Sedikit demi sedikit, es puter dinikmati hingga tak terasa mangkoknya terasa licin. Alias sudah habis. Nah,.. yang lebih menarik, ternyata Pondok Es Puter Mas Warno ini menyajikan rasa yang berbeda-beda setiap harinya. Hari ini rasa vanila, besok mungkin coklat, strawberry, mocca dan seterusnya.

Warung es puter milik Mas Warno yang asli Ngetos ini, memang ditujukan bagi penikmat es. Pembeli akan dapat lebih merasakan nikmatnya makan es puter dengan santai tanpa harus dikejar waktu. Apalagi lokasinya yang ada di sebelah toko serba ada di kawasan Jl. Diponegoro Nganjuk. Sambil melihat keramaian orang yang berbelanja, es puter akan lebih lama terasa nikmatnya di lidah. Hanya saja penikmat es puter hanya bisa menikmati dingin-dingin empuknya es puter pada siang hingga sore hari.Tak mengapa, kan. Karena menikmati es puter tentu akan terasa lebih nikmat di siang hari yang panas sambil dibelai angin Kota Nganjuk yang sepoi-sepoi.
 
Siomay Bandung ala Loceret
Mas Catur pemuda asli Desa Sombron, Loceret ini membuka usaha kuliner siomay dan batagor bandung sejak dua tahun lalu dan rasanya kalo orang Sunda bilang, Raos pisan, euy…!!
Lalu seperti apa sih gambaran siomay dan batagor Bandung buatan Catur ini ? “ Ya, seperti yang asli dari Bandung. Ada siomay, kobis/kol gulung , kentang, telor, tahu kukus isi, dan pare.Semuanya sudah matang dan dikukus dalam kukusan khusus untuk siomay.


Sementara yang berwujud gorengan adalah batagor alias bakso tahu goreng. Kesemua isi tadi, ditata dengan rapi di atas piring sedang lalu dipotong-potong jadi lebih kecil. Biasanya Catur cukup mengguntingnya saja. Dengan garpu, siomay terasa maki nmemanjakan lidah ini. Siomaynya terasa ikan tengiri. Belum lagi sambal kacangnya yang juga terasa benar kacangnya. Malahan tampak ada pecahan biji-biji kacang di sana. Ganti tahu, ganti pare, ganti terus dan terus….. Wah sampai akhirnya habis deh satu piring. Nggak terasa perut ini jadi kenyang juga. Untuk melonggarkan tenggorokan, es jeruk sudah siap menjadi penawar. Sueger rasanya !

Dengan membuka usaha di tepi Jl. Diponegoro di dekat sebuah swalayan, Siomay ala Catur menjadi mudah ditemukan. Tak jarang, sepeda motor dan mobil tampak terparkir memenuhi tepi jalan kabupaten itu. Umumnya pelanggan siomay ini lebih banyak didominasi oleh kaum hawa. Tapi tak sedikit pula kaum adam yang juga suka dengan camilan khas Bandung ini. Bahkan anak-anak sekolah plus gurunya juga menjadi penyuka siomay. Karenanya tak jarang pula, dagangan Catur cepat habis hanya dalam beberapa jam saja. “ Padahal baru buka sekitar jam 10 pagi. Alhamdulillah, dalam dua jam habis tak tersisa, “ ujarnya dengan wajah senang.

Kalau Anda sedang tak hendak makan nasi, coba saja siomay batagor asli Bandung buatan Catur ini dengan harga hanya RP. 4.000,-/ porsinya. Apalagi musim hujan akan tiba. Tentunya pasti lebih sedap dan nikmat disantap saat musim hujan. Mau dibungkus, Mas Catur juga dengan senang hati membungkusnya.

Sup KIMLO bu Ninik

Bagi Anda yang suka dengan santapan hangat sekaligus menyegarkan, kuliner kita kali ini mungkin cocok untuk dihidangkan yaitu Sup Kimlo. Memang makanan yang berasalnya dari bumi Makassar - Ujungpandang. Bu Ninik pemilik warung diJl. Megantoro Nganjuk mendapatkan resep istimewa ini dari saudaranya yang memang gemar memasak di ibukota Sulawesi Selatan itu. Hingga sekarang, menu sup Kimlo ini menjadi salah satu menu favorit di depot makanan. Sup Kimlo merupakan sup bening berisikan sayuran seperti wortel, kapri, kembang kol, kobis, daun prei dan seledri serta jamur bekji atau kita bisa menggantinya dengan jamur kuping yang sudah akrab digunakan para ibu. Satu lagi bahan yang tampak agak asing dan jarang dipakai adalah kuncam. Sayuran ini adalah sejenis irisan kembang pisang atau orang Jawa lebih lazim menyebutnya dengan ontong gedhang.

Selain sayur mayur, di dalam sup kimlo juga ditambahkan irisan daging ayam, telur puyuh dan udang laut yang dikupas bersih dan diiris kecil-kecil. Oleh ibu yang bernama lengkap Ninik Ligiawati ini justru menambahkan bakso daging sapi yang dibuatnya sendiri untuk menambah cita rasa sup. Untuk pemanis tampilan, ditambahkan pula kembang tahu dan soun putih.Nah, kalau semua bahan sayuran dan daging dicampurkan, lalu bagaimana rasanya. Ternyata, rasanya memang benar-benar sedap. Guriiiih, tenan. Ada yang bilang, muuantap kaliii….!!!

Rasa sup kimlo sangat menyegarkan disaat kehausan, tenggorokan ini langsung lega begitu menyantap sup ini. Apalagi warnanya yang bening membuat semua isi sup tampak berenang ke sana kemari. Seakan-akan hendak memancing selera kita untuk segera menghabiskannya. Sup Kimlo ini sangat enak bila disantap dalam kondisi hangat. Selain bisa menghangatkan badan, sup ini juga bisa menyegarkan tubuh. Dengan harga yang cukup terjangkau dompet warga Nganjuk, sup ini bisa dibawa pulang. Satu porsi (ukuran satu rantang) sup Kimlo seharga Rp. 10 ribu. Biasanya satu porsi sup bisa dinikmati untuk enam orang , murah bukan ?

Usaha catering dan depot Bu Ninik memang baru tiga tahun dirintis. Tap ia mengaku sudah memiliki banyak pelanggan. Terutama dari kalangan Tionghoa dan beberapa dokter yang membuka praktek di Nganjuk. Tak heran bila sup Kimlo seperti masakan jenis oriental. Selain sup Kimlo, menu mie pangsit khas Malang juga jadi menu favorit yang disediakan setiap hari oleh Bu Ninik. Jadi tak perlu sungkan lagi. Cobain Sup Kimlo yang hangat menyegarkan. 

 Sayur Gude (Koro) di sayur seger di lalap enak

Sayur gude bagi masyarakat di daerah pedesaan masih sering dikonsumsi sebagai masakan sehari-hari. Tanaman gude (Cajanus cajan) termasuk jenis tanaman yang sudah cukup langka ditemui. Biasanya ditanam warga sebagai tanaman perdu di pekarangan rumah. Tanaman gude juga masih banyak diperjualbelikan di pasar tradisional. Seperti di Pasar Gondang. Di pasar yang nampak lebih ramai pada hari pasaran Pon ini, gude dijual bersama sayuran lainnya. Malah, ketika sinar mentari mulai menyinari bumi Gondang, gude justru sudah habis dibeli orang.

Di Nganjuk, gude lebih banyak diolah dalam bentuk lalapan. Terkadang, penjula pecel pun menambahkan gude pada lalapan. Seperti warung pecel Bu Tutik yang ada di komplek Pasar Gondang. Bu Tutik memang selalu menyertakan gude sebagai bahan lalapan nasi pecel. Ia harus berburu gude di Pasar Gondang sejak jam 3 pagi. Tak heran, karena warung pecel pincuknya buka sejak jam 3 pagi pula. Bahkan hampir tak pernah tutup.

Selain penampilan sajian nasi pecel yang menggunakan kertas pembungkus makanan dan daun pisang sebagai pincuknya, lalapan gude ini sekaligus menjadi ciri khasnya pecel pincuk Bu Tutik. Bila dimakan, lalapan gude terasa agak berbeda karena kulit luar yang berbulu agak kasar. Apalagi rasa pedas sambal pecel dan tumpangnya yang makin menggoyang lidah ini. Bagi masyarakat Gondang dan Nganjuk utara umumnya lebih menyukai rasa pedas.


Menikmati sajian tradisional di tengah suasana hiruk pikuknya pasar, akan Anda temukan di Pasar Gondang ini. Sambil makan pecel dengan lalapan gude, kita bisa menikmati pemandangan masyarakat desa yang tumplek blek ramai membeli kebutuhan sehari-hari. Selain sebagai lalapan, ternyata gude juga bisa diolah menjadi sayuran pelengkap. Biasanya gude ditambahkan pada sayur asam atau sayur lodeh (sayur gurih). Sayur asam atau sayur lodeh gude ini sepertinya hanya bisa ditemui di pedesaan. Sulit ditemui diperkotaan, ibu-ibu yang mengolah gude menjadi sayuran atau lalapan.

Ayam goreng tulang lunak Griya Solo - A.Yani

Sudahkah Anda merasakan nikmatnya ayam goreng tulang lunak dari Solo ?
Rasa unik menu dari Jawa Tengah ini bisa ditemukan di Griyo Solo Resto yang ada di Jl. A. Yani Nganjuk ini memang mencoba menyajikan sesuatu yang unik dan lain dari yang sudah ada di Nganjuk. Dari sekian menu yang disajikan, ada yang paling favorit yaitu ayam tulang lunak dengan dua macam. Ada yang dibakar dan digoreng. Jenis ayamnya pun ada yang ayam kampung dan ayam ras. Tinggal pilih sesuai selera. Hanya saja, menurut Danny, sang koki, tulang ayam ras akan lebih lunak daripada ayam kampung.

Lalu, bagaimana tulang ayam bisa menjadi lunak dan bisa dimakan ? Kuncinya ternyata sangat sederhana yaitu dengan cara dipresto. Berapa lama ayam dipresto ? “ Sekitar satu jam sehingga tulangnya benar-benar lunak dan bumbunya meresap, “ ungkapnya Danny. Sebelum dipresto, ayam dibumbui lebih dulu. Baru setelah dipresto, ayam diolah lebih lanjut sesuai permintaan pelanggan. “ Mau digoreng atau dibakar, “ lanjutnya.


Penampilan ayam tulang lunak ini benar-benar mengundang selera. Di atas cobek atau layah kecil dari tanah liat, ayam goreng dan ayam bakar tulang lunak ditemani dengan irisan mentimun dan kol plus sambal merah yang membara. Ditambah kremesan ayam. Kremesan ini adalah kaldu dari bumbu presto yang dicampur dengan beberapa jenis tepung lalu digoreng. Hmm…. sepertinya enak nih…!

Ayam tulang lunak benar-benar nikmat. Dagingnya empuk lembut dikunyah. Adakalanya, daging ayam goreng saat dikunyah malah membuat gigi ini jadi pegal. Tapi mungkin itulah bedanya. Untuk mengunyah daging ayam tulang lunak serasa tak perlu waktu lama. Apalagi saat giliran tulang yang tersisa. Kress…kresss… Tulang ayam jadi patah dengan mudahnya dan bisa dinikmati. Tapi kalau tidak doyan juga tidak apa-apa.

Kenikmatan ayam tulang lunak khas Griyo Solo ini bisa didapat dengan hanya Rp. 7.500 hingga Rp. 9.000 saja per porsinya. Selain bisa dimakan diresto, bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Selain melayani ayam dengan potongan tertentu seperti bagian paha dan dada, resto Solo ini juga menyediakan ayam ingkung. Tentu saja dengan harga yang berbeda. “ Kami buka dari jam 10 pagi hingga 10 malam, “ imbuh Nanang. Tak hanya ayam tulang lunak, di Griyo Resto Solo ini juga menyediakan masakan lainnya yang juga khas Solo. Ada nasi timbel, nasi prajurit, ca kangkung dan aneka sambalnya. Plus minuman kopi asli dari Solo.

Nasi Bakar Diponegoro - Bu Mila
Anda pernah mencoba menyantap nasi dengan cara berbeda ? Kuliner kali ini memang benar-benar baru di Bumi Anjuk Ladang. Dan bahkan mungkin hanya bisa ditemukan di kawasan Diponegoro di Kota Nganjuk. Bu Mila, sang pengusaha, tampaknya memanfaatkan keunikan masakan nasi bakar sebagai daya tarik utama dagangannya.

Seperti namanya, nasi bakar adalah nasi yang sudah dibumbui dengan bumbu tertentu dalam kondisi matang siap untuk dimakan. Lengkap dengan lauk pauknya, seperti irisan daging ayam. Hanya saja nasi bumbu ini dibungkus dalam daun pisang dengan bentuk menyerupai pepes. Sebelum disajikan di atas piring, nasi bungkus ini dibakar lebih dulu di atas panggangan. Tak perlu waktu lama untuk memanggang nasi bungkus ini. Cukup dibolak-balik hingga bakarannya rata di semua sisi. Baru setelah itu, nasi bungkus diletakkan di atas piring.

Ternyata wujud aslinya nasi bakar ala Bu Mila ini, mirip dengan nasi goreng. Tapi tunggu dulu. Ada aroma lain yang terasa lebih menyengat hidup ini. Dan itu bukan bau khas nasi goreng. Tapi adalah aroma khas dari serundeng. Parutan kelapa yang digoreng sangan itu sangat mendominasi aroma dari nasi bakar. Tak hanya itu saja. Di antara butiran nasi, terdapat beberapa irisan daging ayam dengan ukuran tipis. Warna merah kecoklatan menjadi ciri khas nasi bakar Diponegoro ini.

Meski dengan lauk yang terbatas, tapi nasinya terasa enak. Apalagi ditambah irisan mentimun sebagai pemanis. “ Sementara memang baru begini adanya. Nanti setelah berjalan lebih lancar, kami akan mengembangkan nasi bakar ini dengan bumbu yang lain, “ terang Bu Mila di antara deru kendaraan yang lewat. Memang letak kios nasi bakar ini ada di tepi Jl. Diponegoro Nganjuk. Tepatnya di depan Perpustakaan Daerah Nganjuk.
Bu Mila mengungkapkan, lebih banyak pelanggannya yang membawa pulang ketimbang disantap di warungnya. Entah kenapa sebabnya. Malah banyak pelanggannya yang berasal dari kaum Tionghoa. Tapi tak sedikit pula warga asli Nganjuk yang membeli.


Tapi sebelum membeli nasi bakar Diponegoro ini, kita harus memilih jenis nasi bakarnya. Sebab ada nasi bakar dengan rasa pedas yang lebih, sedang dan tidak pedas sama sekali. Cukup tiga ribu lima ratus saja harganya dan itu sudah bisa mengenyangkan perut.
Kenikmatan nasi bakar ini rasanya akan lebih komplit bila ditemani dengan lauk dengan rasa yang lebih menggigit. Seperti ikan asin. Tentunya nasi bakar ini akan terasa lebih enak.
Dari 40 bungkus nasi bakar yang ia buat setiap harinya, selalu ludes dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hanya beberapa jam saja.
Jadi, tak ada salahnya untuk menikmati nasi dengan cara unik ala nasi bakar Diponegoro bukan ? 

Lontong Tahu bu Mawarni Pasar wage
Pasar Wage Nganjuk menjadi urat nadi kota Nganjuk setiap harinya dan tak pernah sepi meski harga-harga barang merangkak naik, Masyarakat Nganjuk pun masih tetap mengunjunginya meski beberapa kali Pasar Wage dilanda kebakaran.  Pedagang hasil bumi, produksi pabrik hingga aneka jenis kuliner khas pasar ada di sana, salah satunya yang layak untuk dinikmati adalah lontong tahu khas Bu Mawarni yang disajikan bersama lontong adalah tahu yang benar-benar segar dan fresh from the pan. Alias tahunya benar-benar dimasak langsung saat dipesan. Karenanya tahu pasti masih terasa anget anget


Selain tahu, bumbu saus kacang yang dibuat oleh Bu Mawarni juga selalu baru. Kacang sudah digiling dan disiapkan di wadah plastik jadi bumbu siap pakai begitu ada yang memesan lontong tahu, saat itu pula bumbu dan lainnya baru dibuat. Jadi benar-benar fresh. Pelanggan lontong tahu anget adalah masyarakat yang sering berbelanja ke Pasar Wage. Bisa dari mana saja.  Baik lelaki maupun perempuan suka dengan lontong tahu anget. Kebanyakan mereka lebih suka makan langsung di tempat. Tapi tak jarang pula yang membawa pulang untuk oleh-oleh.

Lontong tahu anget benar-benar menyajikan cita rasa yang berbeda. Selain pada tahunya, saus kacangnya juga nikmat banget. Mak Nyess tenan…..!!!  Petisnya terasa benar. Kacangnya juga.  Dari sekian irisan lontong yang ada, semuanya bisa dinikmati dengan saus kacang. Jadi saat irisan lontong terakhir masih bisa dicowel dengan saus kacang yang nikmat.Meski hanya lonotng tahu, tapi Anda hanya bisa menemukanya di Pasar Wage pada pagi hari hingga menjelang siang. Tepatnya di bagian pasar ayam yang terletak di atas kali. Dari Jl. A. Yani justru lebih mudah ditemukan. Karena memang ketaknya di tei jalan tersebut.

Dengan harga terjangkau, hanya Rp. 2.500 bisa kita nikmati. Apalagi pelayanannya juga baik dan ramah. Jadi jika Anda berbelanja ke Pasar Wage, jangan lupa untuk mampir ke Lonotn Tahu Anget. Dijamin Mak Nyess tenann 

Bakso Bakar Tempura Ngrajek - Bu Nutfa

Kuliner yang satu ini termasuk idola bagi masyarakat sekitarnya di Desa Sambirejo Tanjunganom, namanya bakso bakar Ngrajek yang terkenal dengan tradisi Langen Tayub yang sudah membumi di Dusun Ngrajek. Bakso bakar buatan Ibu Nutfa ini sudah mampu memancing selera. Tampilannya sangat sederhana dan praktis. Hanya dengan semangkok kuah bakso dengan dua tusuk bakso bakar dan satu tusuk tempura plus sosis sapi bakar, rasanya lidah ini mudah sekali bergoyang.

Sepintas bakso bakar ini memang mirip dengan sate dengan ditusuk lalu dibakar di atas panggangan arang. Satu tusuk dengan dua biji bakso sedang dan satu tusuk dengan tiga biji bakso lebih kecil. Ditambah dengan satu tusuk dengan potongan sosis dan tempura dari ikan tengiri Keempat jenis makanan ini dibakar secara bersamaan. Lalu disajikan dengan kuah bakso. “ Memang untuk satu porsi terdiri atsa empat jenis makanan dalam tiga tusuk, “ terang Nutfa sambil terus mengipasi dan membolak balik bakso bakar.

Yang lebih nikmat lagi tentunya, saat lidah ini mencicipi bagaimana aslinya rasa bakso bakar khas Ngrajek. Tanpa dicelupkan ke dalam kuah, bakso bakar terasa lebih nikmat. Apalagi tidak berasa arang. Rupanya, Bu Nutfa mengolesi bakso bakarnya dengan mentega lebih dulu sebelum disajikan untuk mengurangi rasa arang yang tertinggal pada kulit bakso setelah dibakar. Bagaimana dengan tempuranya ? Ternyata, benar-benar berasa ikan tengiri. Tak heran, karena tempura tersebut “diimpor” langsung dari Surabaya. “Bagitu pula dengan sosis dan bakso kecilnya, “ selain sulit mendapatkan ikan tengiri di Nganjuk, ia lebih memilih untuk mendatangkan makanan berasa laut dari Surabaya. “ Saya punya relasi bisnis di Surabaya,”.

Yang lebih khas lagi adalah kuah baksonya yang dibuat dari sari kaldu sumsum tulang sapi sehingga kita akan mengira kalo kuah baksonya terbuat dari gajih (lemak) daging sapi. Padahal bukan. Sebenarnya, bisnis bakso bakar ini bukanlah usaha pertama yang dijalani wanita yang bersuamikan Suparmin yang warga asli Baron. Sebelumnya ia pernah berjualan nasi bebek di tempat yang sama yakni di rumahnya sendiri yang ada di Jl. Madiun Surabaya. Tepatnya di sebelah utara SDLB Sambirejo. Hanya 100 meter ke selatan dari pertigaan Ngrajek. Namun karena kurang mendapat perhatian, ia mencoba beralih usaha ke bakso bakar sejak tiga bulan silam.

Kini usaha barunya ini cukup mendapat tempat di hati masyarakat Ngrajek dan sekitarnya terutama kaum muda dan orang tua. Dalam sekali pesan, pelanggan bisa membawa beberapa porsi bakso bakar dan tentunya dengan harganya sangat murah sekali Rp. 3.500,- tiap porsinya.

Naluri bisnisnya untuk membuka usaha bakso bakar ini cukup mengena. Ditambah pengalamannya di hotel berbintang di Surabaya sangat mendukung bisnis jajanan ini. Tapi jangan heran. Di hotel dulu ia justru menekuni pekerjaan sebagai florist (perangkai bunga). Tapi ide jitu didukung sarana plus lokasi yang tepat membuat usaha bakso bakar berlabel “Barokah” ini mampu berjalan dan tinggal menuai keuntungan tiap harinya.
Nah, ono cecek kok ngombe solar , Ayo rek Menyang Ngrajek ojo lali mampiro ning bakso bakar.

Yuuukk... jalan2 ke Nganjuk

Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat.
Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin.

Geografi

Kabupaten Nganjuk terletak antara 11105' sampai dengan 112013' BT dan 7020' sampai dengan 7059' LS. Luas Kabupaten Nganjuk adalah sekitar ± 122.433 Km2 atau 122.433 Ha yang terdiri dari atas:
  • Tanah sawah 43.052.5 Ha
  • Tanah kering 32.373.6 Ha
  • Tanah hutan 47.007.0 Ha
Dengan wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat menunjang pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian. Kondisi dan struktur tanah yang produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai Widas yang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan sungai Brantas yang mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha.
Jumlah curah hujan per bulan selama 2002 terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu 7.416 mm dengan rata-rata 436 mm. Sedangkan terkecil terjadi pada bulan November dengan jumlah curah hujan 600 mm dengan rata-rata 50mm. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober tidak terjadi hujan sama sekali.

Sejarah 
 (klinik Pabrik Gula Nganjuk / kliniek Van De Suiker Onderneming Ngandjoek)
Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam bahasa Jawa Kuna berarti Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi.
Pada masa penjajahan Belanda, kabupaten ini disebut sebagai Kabupaten Berbek dengan Nganjuk sebagai ibu kotanya.

Pembagian Administratif 

Nganjuk mempunyai 20 kecamatan dan 284 desa/kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah:

Transportasi

Nganjuk dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, serta menjadi persimpangan dengan jalur menuju Kediri. Nganjuk juga dilintasi jalur kereta api Surabaya-Yogyakarta-Bandung/Jakarta.

Wisata

Beberapa obyek wisata di Nganjuk adalah
Air Terjun Sedudo adalah sebuah air terjun dan obyek wisata yang terletak di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Jaraknya sekitar 30 km arah selatan ibukota kabupaten Nganjuk. Berada pada ketinggian 1.438 meter dpl, ketinggian air terjun ini sekitar 105 meter. Tempat wisata ini memiliki fasilitas yang cukup baik, dan jalur transportasi yang mudah diakses.

Masyarakat setempat masih mempercayai, air terjun in memiliki kekuatan supra natural. Lokasi wisata alam ini ramai dikunjungi orang pada bulan Sura (kalender Jawa). Konon mitos yang ada sejak zaman Majapahit, pada bulan itu dipercaya membawa berkah awet muda bagi orang yang mandi di air terjun tersebut.

Setiap Tahun Baru Jawa, air terjun Sedudo dipergunakan untuk upacara ritual, yaitu memandikan arca dalam upacara Parna Prahista, yang kemudian sisa airnya dipercikan untuk keluarga agar mendapat berkah keselamatan dan awet muda. Hingga sekarang pihak Pemkab Nganjuk secara rutin melaksanakan acara ritual Mandi Sedudo setiap tanggal 1 Suro.

 (prosesi siraman saat tnggal 1 suro)
 
Monumen Jenderal Sudirman Terletak di desa Bajulan Kecamatan Loceret, kurang lebih arah selatan Kota Nganjuk, Monumen di dirikan sebagai tanda bahwa di Desa Bajulan pernah di singgahi Panglima Besar Jenderal Sudirman selama 9 hari dalam rute perjalanannya memimpin perang gerilya melwan Belanda pada tahun 1949. kurang lebih 3km dari monumen ini ke arah selatan kita dapati padepoka yang sekarang di jadikan Museum, juga tempat wudlu dan tempat perundingan serta tempat sholat yang pernah beliau pakai selama Beliau tinggal di desa Bajulan.
  • Air terjun Roro Kuning di Bajulan,
Air Merambat Roro Kuning Desa Bajulan terletak kurang lebih 23km selatan Kota Nganjuk, merupakan kawasan hutan pinus yang indah. Memiliki sungai yang jernih dan air terjun yang menakjubkan di antaranya: Air Terjun Roro Kuning yang dekat dengan museum Panglima Sudirman. Air Terjun Pacoban Ngunut setinggi + 75m dan pacoban Lawe + 95m
Disini juga merupakan pintu masuk untuk para Pendaki /Pecinta Alam ke Gunung Wilis (Puncak Limas) dari bagian utara. 
  • Candi Ngetos di Kecamatan Ngetos,
Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Ngetos kabupaten sekitar 5 kilometer di sebelah selatan kota Nganjuk. Ada sebuah warisan dari tahun 859 Saka atau 937 Masehi. Warisan ini terbuat dari batu bata merah. Di tempat itu, Anjuk Ladang, prasasti kuno juga ditemukan. Dekat tempat ini, ada sebuah sejarah warisan kuno yang dikenal oleh Candi Ngetos. Menurut sejarawan, yang didasarkan pada bentuk candi itu, candi ini telah dibuat pada abad XV (jaman Majapahit). Phisically, candi ini telah rusak dan tidak bisa mengidentifikasi lagi. Ini meninggalkan candi utama, yang memiliki empat lega.

Candi ini dipercaya sebagai Hayam Wuruk (Raja yang terkenal Mojopahit) kuburan. Pada saat itu, ia ingin dimakamkan di tempat yang tinggal di depan gunung Wilis. Daerah ini merupakan salah satu bagian Mojopahit. Kemudian Hayam Wuruk memiliki ide dan meminta pamannya (Raja angin) bernama Raden Condromowo dan berjudul Raden Ngabei Selopurwoto, untuk membangun kuil. Dia juga meminta pamannya untuk menguburnya di kuil ini jika ia telah mati. Masyarakat sekitar juga percaya bahwa di Ngetos, ada candi kembar dan disebut Candi Tajum. Tapi salah satu dari mereka adalah lebih besar daripada yang lain. Dikatakan bahwa Hayam Wuruk kuburan itu di dalam Bait Allah yang sudah pergi.

  • Jurang gatuk adalah sebuah jurang yang merupakan perpaduan dari lereng yang menyempit dan ada aliran air yang jernih juga ada kolam yang alami berada disana di kecamatan Pace, sengkolak di desa Gondang,
  • Makam Kanjeng Jimat dan Masjid Al Mubaroh,

Perjalanan sejarah keberadaaan Kabupaten Berbek sebagai “cikal bakal” Kabupaten Nganjuk sekarang ini. Dikatakan “cikal bakal” karena kemudian bahwa alur sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek dibawah kepemimpinan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo I. Kapan tepatnya daerah Berbek mulai menjadi suatu daerah yang berstatus Kabupaten, kiranya masih sulit diungkapkan . Namun dari silsilah keluarga dan catatan : “Peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk” tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa Bupati Berbek yang pertama adalah KRT. Sosrokoesoemo I (terkenal dengan sebutan Kanjeng Jimat. Pada masa pemerintahannya dapat diselesaikan sebuah bangunan masjid yang bercorak Hinduistis yang bernama Masjid Yoni Al Mubarook, terdapat sinengkalan huruf Arab berbahasa Jawa. Didirikan tahun 1759. Lokasi dari ibu kota Kabupaten Nganjuk sekitar 8 Km arah selatan, berada di antara jalan jurusan wisata Air Terjun Sedudo Sawahan. Sedangkan makam Kanjeng Jimat berada dibelakang komplek Masjid Al-Mubarok, yang ramai dikunjungi para peziarah setiap malam Jum’at Legi. 

  • Candi Lor di desa Candirejo, Kecamatan Loceret yang dibangun oleh Mpu Sindok pada tahun 859 Caka atau 937 M sebagai Tugu Peringatan kemenangan atas peperangan melawan musuhnya dari Melayu. Di sini juga terdapat batu bertulis yang memuat sebutan (toponimi) yang sangat dekat sekali ucapannya dengan Nganjuk, yakni Anjuk Ladang. Candi Lor ini merupakan bukti sejarah tentang keberhasilan Mpu Sindok mengalahkan musuhnya, dan sekaligus menandai berdirinya Kota Nganjuk.

  • Goa Margotresno
Gua Margo Tresno yang alam sekitarnya mempunyai panorama pegunungan yang cukup indah dan sejuk terletak di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngluyu 35Km arah utara pusat kota Nganjuk. Sangat cocok di kunjungi bagi para petualang. Sejauh 650m sebelum msuk pintu gua lawa terdapat kolam renang Argo Mulyo yang biasa dijuluki kolam ubalan yang berasal dari sumber air alam ubalan dengan airnya begitu jernih. Luas gua lebih kurang 15×50m, dan berhubungan dengan Gua Lemah Jeblong. Di sekitar Gua Lawa terdapat Gua Gondel. Gua Bale, Gua Pawon.
(bagian dalam goa margotresno)

(sumber air ubalan)
 

Tokoh Nganjuk

Tokoh-tokoh yang dilahirkan di Nganjuk adalah:
  • Dr. Soetomo, Pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia, pendiri Boedi Oetomo yang merupakan organisasi modern pertama di Indonesia.
  • Marsinah, aktivis buruh wanita.
  • Harmoko, mantan politikus di era Orde Baru, mantan Ketua MPR.
  • Eko Patrio, merupakan Artis Ibukota, Anggota Pelawak Patrio dan kini menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014.
Kesenian Tradisional
  • Tari Tayub
  • Wayang Timplong
  • Tari mung dhe
  • Jaranan
Makanan Khas
  • Nasi becek, sejenis gulai kambing yang memiliki rasa khas dengan penambahan irisan daun jeruk nipis. Ini bisa di nikmati di sepanjang warung pojok perempatan lampu merah A.Yani Nganjuk.
  • Dumbleg, sejenis dodol yang terbuat dari ketan. Makanan ini hanya ada pada hari-hari tertentu di Pasar Gondang dan Pasar Rejoso.
  • Onde-onde Njeblos, semacam onde-onde tapi tidak berisi. Berbentuk seperti bola yang ditaburi wijen.
  • Nasi Pecel: semacam nasi yang ada sayurnya (kulup) ditaburi dengan pedasnya sambal pecel, ciri khas asli Nganjuk sangat pedas dan rempeyek yang renyah
  • Nasi Sambal Tumpang, semacam sambal yang dibuat dari tempe dilumatkan dengan bumbu dan rasanya gurih dan pedas.
  • Krupuk Upil, adalah krupuk yang digoreng tanpa minyak tetapi menggunakan pasir. Ini bisa kita dapat di pasar2 tradisional , dan kalau teman2 dalam perjalanan arah Surabaya-Yogya atau surabaya-Kediri akan melewati jalur jajanan krupuk upil karena di kawasan ini berjejer penjual/ kios2 krupuk upil tepatnya di Kertosono.
  • Selain Nasi Pecel ada juga Krupuk pecel yang terkenal di sekitar Nganjuk