Senin, 15 November 2010

Saat ku ragu

saat cinta jauh saat itulah kita berada pada suatu ujian yang mengharuskan kita benar-benar dapat menentukan sikap tentang sebuah kepercayaan.

Hari itu Alya hilang kendali, kesabarannya di uji. dan saat itulah dia tidak tahan menahan kebimbangan yang dia alami. Akhirnya dia putuskan untuk bicara lewat SMS menanyakan apa sebenarnya yang terjadi pada diri Rifa'i
"Mas, apa kamu benar2 sayang sama Alya?" sebuah pertanyaan yang singkat tapi mengena. Drrrtt...drrrtt... tak lama kemudian hp Alya pun bergetar tanda ada sms masuk, ya benar itu balasan sms Rifai pada Alya
"kenapa kamu bertanya seperti itu? kamu sudah tau kan jawabannya? tentu saja aku sayang kamu"
"tapi aku ragu," jawab Alya kemudian,
"apa yang kamu ragukan dik?"
Alya terdiam, tangan lembutnya menggenggam Hp dengan erat, dia tak tau bagaimana memulai mengungkap perasaannya. Tatapan matanya yang tajam dan kosong seketika tak bisa menahan air mata,
"aku kangen tatapan itu, tatapan saat pertama kali kamu menyatakan cinta pada ku mas" kata alya dalam hati. Tiba-tiba hp Alya bergetar lagi,
" Adik gak percaya sama mas?" tanya rifai lagi karena sms dia belum di balas,
"bukan itu, tapi..." balasan Alya terputus
"Tapi apa..?"
"Tapi mas selalu cuek sama Alya, mas gak pernah memikirkan Alya, mas gak perduli dengan LAya, gak perduli dengan semua yang aku lakukan, bahkan mas gak pernah cemburu saat aku mengatakan akan pergi dengan cowok lain, mas juga jarang menghubungi Alya, apa itu yang namanya sayang..? mas sama sekali tidak menyisihkan waktu sedikitpun untuk Alya ! mas sudah berubah, gak seperti dulu lagi !!"
emosi Alya sudah tak bisa terkontrol lagi, air mata semakin deras menetes dipipinya. Dam Rifai hanya terdiam, mungkin sedikit kaget dengan sms Alya yang tak pernah dia sangka.
"kenapa mas hanya diam?apa mas sudah gak sayang sama aku? atau mungkin ada perempuan lain di sana yang bisa menemani mas setiap saat, yang ada di saat mas butuh, mungkinkah mas sudah jenuh dengan semua ini, bosan?" cerocos Alya lagi...
"adik tenang dulu ea," hanya itu yang jawaban Rifai, dia tak menjawab apapun.

Alya merasa bosan, jenuh dengan hubungan ini, terasa sangat datar dan biasa-biasa saja. Perubahan sikap Rifai sangat dirasakan oleh Alya karena pada awalnya Alya sangat bahagia. Karena Rifai yang Alya kenal adalah seorang pria yang sempurna bagi Alya. Rifai dewasa, perhatian, humoris,pengertian, setia dan selalu bisa membuat Alya tersenyum dan tak pernah marah sedikitpun pada Alya. Bahkan dia tidak membatasi Alya dalam berteman. Tapi kini menurut Alya semua berubah, 10bulan berlalu semua masih seperti itu, bahkan Alya merasa sikap Rifai menjadi semakin acuh, cuek dan seperti tak perduli lagi dengan apa yang Alya lakukan. Alya pun mulai ragu akan sikap Rifai. Terlebih Rifai tak pernah merasa cemburu saat Alya bilang akan pergi dengan cowok lain.

Malam itu Alya tak bisa tidur, dalam hatinya masih tak tenang "mengapa mas hanya diam,mengapa tak kau jawab mas? kenapa mas tak mau memberi alasan yang bisa aku terima? apa benar mas sudah tak sayang lagi sama alya?" Alya terus bertanya-tanya dalam hati tanpa ada yang mampu menjawabnya.

Paginya Alya terbangun karna sinar mentari menelusup masuk kamar kos melalui ventilasi diatas jendela. Matanya masih sembab, semalam Alya menangis hingga tertidur. Kembali Alya teringat peristiwa semalam, tapi Alya tak bisa menangis lagi. Mungkin karena air matanya sudah habis terkuras semalam.
drrrttt...drrrttt...
1 pesan singkat dia terima pagi itu, Alya masih terbaris diatas tempat tidur sambil dia meraih handphone yang ada di atas meja samping tempat tidurnya.
"dik..."
alya pun tak menjawab sms dari Rifai, dan kemudian
"bukannnya aku sudah tak sayang sama kamu, sampai detik ini pun aku masih sangat menyayangimu. Mungkin aku tak memikirkanmu, itu menurutmu. Tapi kamu tau, disini aku selalu memikirkan keadaanmu, setiap saat. tak pernah aku melupakan sedetikpun.
Mungkin aku terlalu cuek dan gak perduli dengan mu, itu menurutmu, tapi kau tau aku selalu mencari tau apa yang kau lakukan diluar sana, dengan siapa dan kemana kau pergi hari ini, itu karena aku sangat mengkhawatirkan kamu.
Mungkin aku gak pernah cemburu dan sakit hati saat kamu mengatakan kamu akan pergi dengan pria lain, ingin rasanya aku marah, tapi percuma karena aku tak tau apa yang kamu lakukan disana. Disini aku hanya bisa bisa berdo'a dan berharap semoga kamu setia dan gak macam-macam disana. Aku gak mau menjadi protektiv padamu, karena aku gak ingin kamu menjauhiku. Aku tau kamu pasti paham mana batas-batasnya. Modalku cuma yakin dan percaya sama kamu dik..
Mungkin ada wanita lain, iya mungkin ada wanita lain yang mengharapkan ku tapi aku katakan dengan jujur aku memilikimu dik. Aku harap kamu percaya. AKu disini tak sendiri dik , ada teman dan family yang senantiasa mengingatkan aku di saat aku melakukan kesalahan"
tak terasa air mata menetes dipipi Alya, lagi. Alya mengumpulkan cukup kekuatan untuk membaca kelanjutan smsnya.
"sejak awal aku serius menjalani hubungan ini, aku tau aku jauh dari sempurna. Tapi aku pengen memberikan yang terbaik untukmu. ingin melihatmu selalu tersenyum. berusaha membuatmu senang di dekatku, melindungimu dengan segenap tenaga yang aku punya saat ini. kamu sangat berarti untuk ku, dan kamu tau sendiri kan dik aku bukan tipe lelaki yang mudah mengungkapkan semua perasaan ku. Sampai kapanpun aku tak akan pernah berubah, akan selalu sayang kamu. Tak akan pernah berubah untuk jaga komitmen hidup bahagia dengan kamu kelak. Tak mau lagi berpisah seperti sekarang ini."

tangan Alya bergetar, air matanya tak berhenti menetes, dengan segera dia balas pesan singkat Rifai.
"mas, maafkan aku, aku tak pernah memikirkan semua ini. maaf aku sudah egois. aku ingin terus menjadi pendamping ku" balasan Alya tanpa pikir panjang lagi.
"kalau begitu angkat telp ku"
tanpa pikir panjang, Alya pun langsung menerima telp dari Rifai seketika. Dia dengar lagi suara pria dengan nada bicara kas nya, dengan tawa yang dulu pernah membuat Alya jatuh cinta. Dan Alya pun sadar Rifai sangat menyayanginya.
"Aku sayang kamu mas" bisik Alya lirih...

^_^

Tidak ada komentar: