Bagi orang yang mengadakan jagong bayen, pada malam sepasaran ini tamu yang datang biasanya lebih banyak daripada malam-malam sebelumnya. Karena malam itu merupakan terakhir daripada serangkaian selamatan jagong bayen. Pada malam itu, bayi yang diselamati tidak ditidurkan hingga pagi hari melainkan dipangku. Sebab menurut kepercayaan sementara orang, bayi yang baru saja puput, menjadi incaran roh jahat yang biasanya disebut sarap-sawan, oleh karena itu bayi dijaga dengan cara dipangku.
Di samping itu ujung kaki tempat tidur si ibu yang sedang melahirkan diletakkan sliro dan tumbak sewu. Tumbak sewu adalah sapu lidi yang dibalik sehingga ujung-ujungnya berada di atas. Pada ujung-ujung sapu itu ditancapkan dlingo, bangle, kencur, kunir, temu, cabe merah, bawang merah, bawang putih. Sedang sliro (liro) yaitu peralatan untuk menenun secara tradisional. Sliro ini biasanya dibuat dari kayu pohon kelapa (kayu yang keras), yang bentuknya pipih panjang dengan ukuran lebar ±5 cm, panjang 2 m, dan tebal ±2 cm, kedua ujungnya agak runcing. Sliro yang diletakkan pada tempat tidur ibu itu, dicoreng-coreng dengan kapur dan arang sehingga penuh dengan coretan hitam dan putih. Maksud yang terkandung dalam perbuatan itu ialah untuk menolak roh-roh jahat yang akan mengganggu bayi dan ibunya.
Kemudian di dinding luar rumah bagian atas dibuatkan tulak bala yaitu dengan mengikatkan benang di sekeliling rumah. Sedang ditiap sudut rumah diberi ikatan daun pandan berduri, daun andong, daun nanas, daun girang dan daun alang-alang. Adapun makanan (sajian) untuk keperluan selamatan sepasaran atau puputan ini adalah sebagai berikut:
- Nasi tumpeng (buceng) dan nasi golong tujuh buah dengan lauk-pauk yang terdiri dari gudhangan, panggang ayam, telur rebus, lodheh kluwih.
- Pisang raja dua sisir (Jawa: setangkep).
- Jajan pasar atau tukon pasar yang berupa beberapa macam makanan kecil (kue-kue) dan buah-buahan.
- Bubur merah, bubur putih, jenang sengkolo yaitu bubur merah yang diatasnya diberi bubur putih.
- Nasi brok yaitu nasi yang ditaruh di dalam satu piring dengan lauk-pauknya.
a-Tempat pada waktu bayi dilahirkan.
b-Tempat untuk tidur ibu yang melahirkan.
c-Tempat untuk menanam tembuni.
d-Tempat untuk mandi ibu yang melahirkan.
f-Tempat untuk pembuangan sampah.
g-Jamban.
h-Sumur.
Kecuali sajian untuk kenduri dan tulakan ada suatu bingkisan yang diberikan kepada dhukun bayi. Bingkisan itu berupa : nasi tumpeng dengan lauk-pauk, pisang dua sisir, kelapa satu biji, gula merah, beras 1 kg, ayam hidup 1 ekor, kembang telon (kembang boreh), sekapur sirih. Bersamaan dengan selamatan sepasaran, si bayi diberi nama. Secara resmi nama diikrarkan (diumumkan) pada waktu berlangsungnya kenduri sepasaran itu. Pemberian nama ini ada beberapa dasar (pathokannya).
Berikut beberapa momen yg sempat di dokumentasikan =>
Dek Arka tidur nyenyak di pangkuan Uti dan Uyut ^_^ , padahal di luar suara Rebana keras sekali. |
Dik Arka di gendong Ayah keliling |
Pemotongan rambut |
Dik Arka kelihatan tenang ^_^ |
"Jadi anak yg baik ya Nak, gak boleh nakal...semoga kebahagiaan sll menyertaimu sayang"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar